Menakar Potensi Kader dan Gerak IMM di Era Society 5.0
Oleh ; Abdul Afif Amrulloh, S.Psi.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu organisasi
mahasiswa terbesar di Indonesia. IMM sudah paten mengalami perjalanan sejarah universal
yang cukup panjang. Umur 60 Tahun menjadi bukti bahwa IMM sudah survive dengan begitu
banyak pelajaran sejarah yang selalu kenal akan makna dan kenyang mata air keteladanan.
Namun, menjadi refleksi besar dengan begitu banyak kader yang telah dilahirkan (secara
ideologi) dalam rahim ikatan ini yaitu bagaimanakah seharusnya kontekstualisasi peran IMM
untuk mengoptimalkan ruang kosong (blank space) demi kemashlahatan ikatan,
persyarikatan, umat, dan bangsa.
Realita Bangsa dan Keumatan Kedepan
Sedikit mengambil dari data Kominfo Tahun 2020, Indonesia pada tahun 2030-2040
akan mengalami Bonus Demografi. Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana
penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun
ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.
IMM pula
menjadi sekian persen yang menjadi katalisator untuk dampak kebermanfaatan besar jika
mampu dimaksimalkan.
Selain itu juga, era sekarang juga tengah mengalami transisi yakni dari Era Revolusi
4.0 menjadi Era Society 5.0. Era Society 5.0 adalah konsep yang muncul di Jepang dan telah
menjadi topik penting dalam diskusi global tentang transformasi sosial dan ekonomi di era
digital.
Konsep ini mengusung visi tentang bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan
teknologi digital untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.
Namun disamping realita tersebut, memunculkan dampak yang cukup kuat mengenai
karakteristik manusia.
Era Society 5.0 merupakan fase baru dalam perkembangan peradababan manusia, di
mana teknologi dan manusia tidak lagi saling terpisah, tetapi terintegrasi dalam menciptakan
masyarakat yang lebih cerdas dan manusiawi.
Menurut World Economic Forum, Society 5.0
adalah konsep yang memadukan dunia fisik dan digital untuk menyelesaikan tantangantantangan sosial dengan cara yang lebih efisien dan berkelanjutan. Di tengah transformasi ini,
organisasi kemahasiswaan seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memiliki
tanggung jawab penting untuk menyiapkan kader yang mampu memanfaatkan teknologi
modern guna mewujudkan keberdampakan bagi umat, sejalan dengan konsep rahmatan lil
alamin.
Mata Air Teladan IMM dan Trilogi
Mata air, sebagai sumber kehidupan yang terus mengalir, merupakan simbol penting
yang menggambarkan nilai-nilai kebermanfaatan dan kesinambungan. Dalam konteks
gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Tengah, konsep "mata air teladan"
mencerminkan bagaimana gerakan ini menjadi sumber inspirasi dan solusi bagi
perkembangan umat melalui pengembangan kader yang unggul dan selaras dengan nilai-nilai
Islam di Era Society 5.0.
Di tengah tantangan masa depan yang semakin kompleks, IMM
berperan penting dalam menyelaraskan gerakannya dan memberdayakan kadernya agar di
masa depan berdampak nyata bagi masyarakat, sejalan dengan prinsip rahmatan lil
alamin.
Pandangan Yuval Noah Harrari dalam buku “Homo Deus” (2020), menjelaskan perihal
manusia di masa depan akan mengalami lonjakan percepatan zaman dimana teknologi
mempengaruhi segala macam karakteristik manusia bahkan itu terdampak di IMM. IMM yang
merupakan organisasi yang berisikan manusia perlu menanggapi dinamika karakteristik kader
yang memang begitu berubah drastis, bahkan dalam SDM kader IMM.
Kita mencoba merefleksikan awal surah Al-Baqarah : 143 :
ÙˆَÙƒَØ°ٰÙ„ِÙƒَ جَعَÙ„ْÙ†ٰÙƒُÙ…ْ اُÙ…َّØ©ً ÙˆَّسَØ·ًا Ù„ِّتَÙƒُÙˆْÙ†ُÙˆْا Ø´ُÙ‡َدَاۤØ¡َ
Artinya : “Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat
pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu….
Sebagai kader IMM, kita perlu memahami bahwa politik adalah bagian dari upaya
mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bersama.
Di sinilah konsep ummatan
wasathan atau umat yang moderat dari Al-Baqarah 143 harus kita implementasikan. Dalam
berpolitik, kita dituntut untuk bersikap moderat—tidak ekstrem dan tidak pula apatis.
Sikap insejalan dengan trilogi IMM: religiusitas, intelektualitas, dan humanitas.
1. Religiusitas: Mengutamakan akhlak dan nilai-nilai agama dalam setiap gerakan.
Contoh dalam urusan politik, politik bukan tentang kekuasaan semata, melainkan cara
untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
2. Intelektualitas: Kader IMM harus kritis dan cerdas dalam memahami dinamika politik.
Jangan terjebak dalam wacana populis yang sempit, tetapi carilah pemahaman yang
komprehensif dan mendalam.
3. Humanitas: Semua tindakan politik kita harus diarahkan pada kemaslahatan umat.
Jangan sampai keterlibatan kita dalam politik hanya demi kepentingan pribadi atau
golongan semata.
Dengan mengintegrasikan trilogi ini, kita dapat menjaga arah gerak IMM yang selaras dengan
nilai-nilai IMM dan Islam.
Di tengah maraknya majemuknya pandangan yang memecah belah,
sikap moderat adalah solusi untuk tetap berada di jalan tengah yang adil, sebagaimana
diajarkan dalam Al-Baqarah 143.
Selain itu juga, sikap moderat menjaga agar peran
kebermanfaatan secara meluas itu on the track atau sesuai jalur.
Langkah Solutif: Upgrade Potensi Kader yang Berkelanjutan
Muhammadiyah dan IMM dalam setiap gerakan selalu meninjau dalam sudut pandang
multiaspek yang memiliki outcome yaitu menjadikan gerakan dakwah yang Rahmatan lil’alaimin.
Representasi dari pemaknaan rahmatan lil ‘alaimin yakni menjadi diksi
“harmonisasi”. Era Society 5.0 membawa tantangan yang tak terelakkan bagi kader IMM,
terutama terkait dengan transformasi digital dan otomatisasi berbagai sektor kehidupan.
Untuk itu, pengembangan potensi kader menjadi hal yang sangat penting dalam memastikan
keberlanjutan peran IMM sebagai mata air teladan yang memberikan kebermanfaatan bagi
umat.
1. Religiusitas yang Kuat sebagai Landasan Utama
Di era yang semakin mengglobal dan sekuler, IMM tetap menempatkan
religiusitas sebagai inti dari setiap gerakan. Penguatan nilai-nilai keislaman dalam diri
kader adalah fondasi utama yang tidak boleh tergantikan, karena religiusitas yang kuat
adalah landasan dalam menghadapi tantangan zaman dan mempertahankan
integritas moral.
Dalam era di mana teknologi dapat digunakan untuk berbagai hal yang
melanggar etika, seperti penyalahgunaan data atau disinformasi, kader IMM harus
mampu menjadi teladan moral dan agen perubahan yang berintegritas.
Sebagaimana
disampaikan oleh Al-Attas (1995), "Etika Islam mendasari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan manusia, bukan untuk merusaknya."
2. Penguasaan Teknologi sebagai Skill yang Paten
Era Society 5.0 ditandai dengan meningkatnya peran kecerdasan buatan (AI),
big data, dan teknologi digital dalam hampir setiap aspek kehidupan. Kader IMM perlu
dibekali dengan keterampilan teknologi yang memadai, sehingga mampu menjadi
aktor utama dalam perubahan sosial. Teknologi tidak hanya menjadi alat untuk
mempermudah kehidupan, tetapi juga dapat digunakan sebagai sarana dakwah dan
pengabdian kepada masyarakat.
Dengan literasi digital yang kuat, kader IMM dapat
memanfaatkan teknologi untuk menciptakan solusi inovatif yang membawa dampak
positif bagi umat.
3. Literasi Digital dan Penguasaan Teknologi
Menurut laporan McKinsey (2020), sekitar 23 juta pekerjaan di Indonesia
berisiko tergantikan oleh otomatisasi dalam 10 tahun mendatang .
Untuk menghadapi
disrupsi ini, kader IMM perlu dibekali dengan keterampilan digital yang relevan dengan
era Society 5.0. Keterampilan seperti pemrograman, analisis data, dan
pengembangan aplikasi menjadi krusial dalam membantu kader beradaptasi dengan
kebutuhan industri dan masyarakat yang semakin berteknologi.
Namun, literasi digital
di sini tidak hanya berarti penguasaan teknis, tetapi juga kemampuan memahami
implikasi etis dari penggunaan teknologi, seperti isu privasi, keamanan siber, dan
perlindungan data.
Selain itu beberapa contoh misalnya, dengan memanfaatkan platform digital
untuk pendidikan, kader IMM dapat menciptakan akses yang lebih luas bagi
masyarakat terhadap pembelajaran daring, terutama di daerah terpencil. Menurut data
UNESCO (2021), hampir 20% populasi dunia tidak memiliki akses ke pendidikan yang
memadai. Dengan teknologi, kader IMM dapat membantu mengurangi kesenjangan
ini, sekaligus mewujudkan misi rahmatan lil alamin dalam dunia pendidikan.
4. Sosio-prenuer sebagai Pilar Kemandirian Ikatan
IMM perlu mendorong kader-kadernya untuk memiliki jiwa kewirausahaan
sosial. Era Society 5.0 memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha yang
tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat.
Kader IMM yang memiliki semangat entrepreneurship sosial akan mampu
menciptakan kemandirian ikatan, sekaligus memberikan solusi bagi permasalahan
sosial yang dihadapi umat dengan pemberdayaan yang berkelanjutan hingga
menciptakan masyarakat/umat yang mandiri secara finansial.
Misalnya, startup berbasis teknologi yang fokus pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa binaan yang dimiliki IMM Y melalui inovasi agritech
atau fintech syariah.
Data dari Global Entrepreneurship Monitor (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 60% wirausaha muda di Indonesia termotivasi oleh kebutuhan untuk
menciptakan dampak sosial . Ini menunjukkan bahwa ada potensi besar yang bisa
digali untuk menciptakan solusi berbasis kewirausahaan sosial.
5. Kepemimpinan yang Kolaboratif dan Inovatif
Era Society 5.0 menuntut kepemimpinan yang inklusif, di mana kolaborasi
lintas disiplin ilmu dan sektor sangat diperlukan. Kepemimpinan berbasis kolaborasi
tidak hanya akan meningkatkan efektivitas dalam menyelesaikan masalah, tetapi juga
memperkuat rasa kebersamaan dalam menciptakan dampak sosial yang lebih luas.
Kader IMM harus dilatih untuk menjadi pemimpin yang mampu bekerja sama dengan
berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun komunitas internasional,
untuk menghasilkan solusi yang berkelanjutan.
Penutup
Kader IMM sekarang memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam
masyarakat. Namun, potensi ini hanya bisa diwujudkan jika kita tetap setia pada nilai-nilai
dasar organisasi dan agama.
Pemaknaan sikap moderat dan rahmatan lil ‘alamin harus kita
ubah melalui pemahaman yang digarisbawahi dalam Al-Baqarah 143, serta penerapan trilogi
IMM dalam setiap aspek kehidupan.
Harmonisasi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Tengah
merupakan solusi strategis dalam mewujudkan mata air teladan yang berdampak luas bagi
umat.
Dengan menyatukan potensi kader, komunitas, dan berbagai elemen masyarakat, IMM
Jawa Tengah harus berperan sebagai penggerak perubahan sosial yang inklusif, berkeadilan,
dan berkelanjutan. Gerakan ini tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual kader,
tetapi juga pada aksi nyata yang menjawab kebutuhan kader & umat, seperti pendidikan,
pemberdayaan ekonomi, dan pelayanan sosial.
Melalui pendekatan kolaboratif, IMM Jawa
Tengah menghadirkan solusi yang holistik dan relevan, sehingga mampu memberikan
kebermanfaatan yang melintas batas suku, agama, dan golongan, sesuai dengan esensi
Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Referensi:
Global Entrepreneurship Monitor, 2021, Entrepreneurship in Indonesia Report.
McKinsey & Company, 2020, Automation and the Future of Work in Indonesia.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, 1995, Prolegomena to the Metaphysics of Islam.
UNESCO, 2021, Global Education Monitoring Report.
Harrari, 2020, Homo Deus. Jakarta: PT Pustaka Alvabet