Pendidikan idealnya berorientasi pada murid, bukan berpusat pada murid. Artinya, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya.
Project-based learning (PBL)
merupakan salah satu bentuk pendidikan
yang berakar pada teori konstruktivisme,
yang memandang belajar sebagai proses
alami dimana makna dibuat oleh interaksi
siswa dan refleksi dari ide-ide dan
pengalaman (Berselli, Bilancia, and Luzi,
2020; Jalinus, et al. 2020).
Berbeda
dengan metode pengajaran tradisional
yang berpusat pada guru, PBL
menempatkan minat dan kebutuhan
pribadi siswa di pusat pembelajaran, dan
menekankan siswa otonomi (Owens, and
Hite. 2020; Untari, et al. 2020).
Alih-alih
menggunakan satu standar yang dianggap
berlaku atau perlu untuk semua siswa,
praktik yang berpusat pada peserta didik
seperti PBL mengakui bahwa setiap siswa
memiliki minat yang unik, gaya belajar
dan perspektif yang perlu dan cenderung
untuk mencapai pembelajaran yang
optimal (SantamarĂa‐Cárdaba, 2020;
Wilson, 2021; Mukti, et al. 2020).
Gaya belajar telah dikembangkan berbagai pakar di Amerika, antara lain Environmental Learning Styles,
Felder-Silverman Learning Style Model, Grasha-Riechmann Student Learning Styles, The Gregoric-Butler Theory, Kolb's
Learning Style Model, Herrmann Brain Dominance Instrument, Levine’s Neurodevelopmental Profiles, The Myers-Briggs
Type Indicator, Multiple Intelligences Theory, Media or Sensory Channel, R J Riding's Dimensions, Styles of Mental
Self-Government, Priscilla L. Vail's Learning Styles (A Catalog of Learning Styles Theories, http://www.familychristian
academy.com/ learnstyle/stylelinks. html).
Gaya belajar dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tergantung pada perspektif seseorang. Keefe (1979)
mendefinisikan gaya belajar sebagai "gabungan dari karakteristik kognitif, afektif, dan faktor fisiologis yang berfungsi
sebagai indikator yang relatif stabil tentang bagaimana pelajar merasakan, berinteraksi dengan, dan merespon
lingkungan belajar."
Brown (2000) mendefinisikan gaya belajar sebagai cara seseorang mempersepsikan dan memproses informasi dalam
situasi belajar.
Brown berpendapat bahwa preferensi gaya belajar merupakan salah satu aspek gaya belajar, dan
mengacu pada pilihan satu situasi belajar atau kondisi di atas preferensi yang lain.
Sementara itu, Celcia-Murcia (2001) mendefinisikan gaya belajar sebagai pendekatan umum—misalnya, global atau
analitik, auditori atau visual—yang digunakan siswa dalam memperoleh bahasa baru atau dalam mempelajari subjek
lainnya. Dengan kata lain, gaya belajar adalah cara seorang siswa merasakan, berinteraksi dengan, dan merespon
lingkungan belajar.
Gaya belajar kadang-kadang didefinisikan sebagai karakteristik kognitif, afektif, sosial, dan fisiologis
perilaku yang berfungsi sebagai indikator yang relatif stabil tentang bagaimana siswa merasakan, berinteraksi dengan,
dan menanggapi lingkungan belajar” (MacKeracher, 2004: 71)
Mengapa Siswa atau Guru Perlu Mengetahui Gaya Belajar?
Bagi siswa, dengan mengetahui gaya belajarnya, mereka diharapkan dapat menyerap informasi secara maksimal
bergantung pada pembelajaran berlangsung sesuai gaya belajarnya.
Bagi guru, agar ia dapat memfasilitasi pembelajaran di kelasnya sesuai dengan gaya belajar yang disukai siswa.
Maksudnya, setiap guru mata pelajaran harus memahami bahwa informasi sering muncul dalam bentuk verbal dan
visual, dan sebagian besar informasi akan hilang pada seseorang yang tidak memfungsikan kedua keterampilan ini
dengan baik.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, jika guru mengajar dengan gaya yang kurang diminati siswa,
siswa akan merasakan ketidaknyamanan. Di sisi lain, jika guru hanya mengajar dengan menggunakan gaya belajar
tertentu yang hanya disukai siswa, dapat berakibat para siswa ini mungkin tidak mengembangkan kecekatan
mental yang mereka perlukan untuk berprestasi di kelas atau mencapai potensi sebagai profesional (siswa dewasa:
mahasiswa S2/guru, yang telah berkarir secara profesional).
Oleh karena itu, tujuan pendidikan, seharusnya
membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam gaya belajar yang disukai maupun yang
kurang disukai.
Berbagai gaya belajar yang digunakan akan memberikan kerangka yang baik dalam merancang pengajaran dengan
perspektif yang luas. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan belajar para siswa dalam tiap kategori
gaya belajar dapat terpenuhi, setidaknya untuk sebagian waktu pembelajaran di kelas. Hal ini disebut sebagai
“teaching around the cycle" (Felder, 1996).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar