Line Up Materi Pesantren Ramadhan 2024

 


Muhammadiyah dalam Muktamar ke-48 pada 18-20 November 2022 di Surakarta akan membahas dan memutuskan satu naskah yang sangat penting dan monumental  “Risalah Islam Berkemajuan”. Sementara Aisyiyah memusyawarahkan naskah spesial yang tidak  kalah pentingnya, “Risalah Perempuan Berkemajuan” ke forum tertinggi gerakan perempuan Muhammadiyah tersebut.

Pandangan Islam Berkemajuan yang dipopulerkan selama ini yang telah menjadi bagian dari karakter keislaman Muhammadiyah bukanlah jargon dan istilah retorik. Pokok-pokok pikiran “Islam Berkemajuan” secara resmi terkandung dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua hasil Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad) tahun 2010 di Yogyakarta, khususnya pada  bagian kedua tentang “Pandangan Keislaman”. Pemikiran tersebut terkait dengan pandangan Muhammadiyah mengenai wawasan kebangsaan dan kemanusiaan universal (kosmopolitanisme Islam), serta “Gerakan Pencerahan” sebagai agenda abad kedua.

Karena masih bersifat pokok pemikiran, maka pandangan “Islam Berkemajuan”    memerlukan elaborasi sistematik untuk kepentingan pemahaman umat dan masyarakat umum tentang Islam di tengah pergumulan zaman. Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 yang diperpanjang dua tahun atas hasil Tanwir 2020 karena  pandemi Covid-19,  melalui Tim Khusus  telah merumuskan konsep “Risalah Islam Berkemajuan” yang akan dibahas dan kemudian diputuskan dalam Muktamar di Universitas Muhammadiyah Surakarta itu. Suatu langkah progresif Muhammdiyah yang meletakkan pandangan “Islam Berkemajuan” dalam khazanah baru pemikiran Islam kontemporer yang kontekstual.

Istilah dan konsep “Islam Berkemajuan” yang dikembangkan Muhammadiyah merupakan suatu “pandangan keagamaan” (religious view) khususnya “pandangan keislaman” (Islamic view),  sama dengan perspektif keagamaan (religious perspective) yakni “perspektif keislaman” (Islamic perspective) dalam kerangka pemikiran paradigmatik. Jadi bukan suatu aliran atau mazhab keagamaan dalam Islam. Pandangan Islam Berkemajuan merupakan ikhtiar untuk menggali dan mengaktualisasikan kembali  pemikiran Islam yang digagas dan dipraktikkan oleh pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan dan generasu awal gerakan Islam ini.

Islam berkemajuan bukan pemikiran di menara gading, tetapi telah dibumikan selama lebih satu abad oleh Muhammadiyah dalam berbagai best-practice melalui  pranata-pranata modern. Termasuk melalui amal usaha di berbagai bidang yang unggul seperti pendidikan, kesehatan, sosial, pemberdayaan, ekonomi, dan dakwah komunitas yang membawa kemajuan hidup masyarakat luas. Islam berkemajuan bersifat membumi sekaligus membuana, tidak terikat dengan lokalitas budaya atau bangsa yang ekslusif,  namun hidup adaptif di mana pun Islam itu berada sekaligus inklusif melintas batas dunia.

Pandangan keislaman tersebut dalam kontek kekinian dan proyeksi ke depan menjadi bingkai pemikiran bagi Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua  di tengah dinamika zaman yang kompleks. Dengan demikian spirit pembaruan tetap hidup berkesinambungan dalam lintasan gerakan Muhammadiyah dan seluruh komponen organisasinya untuk menghadirkan dan membumikan Islam sebagai ajaran yang membawa kemajuan peradaban hidup umat manusia yang rahmatan lil-‘alamin.

Pandangan Keislaman

Pada bagian kedua tentang “Pandangan Keislaman” dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua tahun 2010 secara tegas dinyatakan mengenai pandangan Islam yang berkemajuan yang kutipan lengkapnya disajikan dalam  alinea-alinea tulisan  berikut ini. Bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut-nadi gerakan. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w. adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna. Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan tetapi juga petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.

Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan.

Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis Islam yang berkemajuan untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al-Ma’un untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Transformasi Islam bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kehidupan modern abad ke-21 yang sangat kompleks.

Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjungtinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.

Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia.

Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah (al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.

Karakter Islam yang berkemajuan untuk pencerahan peradaban telah memberikan kekuatan yang dinamis dalam menghadapkan Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan Islam atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan penggunaan akal pikiran dan ilmu pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, sehingga Islam benar-benar menjadi agama bagi kehidupan yang bersifat kontekstual tanpa kehilangan pijakannya yang autentik pada sumber ajaran. Ijtihad dan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah sejak awal menemukan ruang artikulasi dalam kontekstualisasi ajaran Islam sebagaimana dikembangkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Adapun rasionalisasi memperoleh bingkai yang kokoh sebagaimana disebut pendiri Muhammadiyah sebagai “akal pikiran yang yang suci”, sedangkan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disebut “akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam”.

Muhammadiyah memandang bahwa Islam dalam pergumulan dengan kehidupan sepanjang zaman harus diwujudkan dalam amal. Islam sangat menjunjung tinggi amal sejajar dengan iman dan ilmu, sehingga Islam hadir dalam paham keseimbangan sekaligus membumi dalam kehidupan. Dalam kehidupan yang konkret tidak ada manifestasi lain dari Islam kecuali dalam amal. Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang dididirikannya memelopori penafsirkan ulang doktrin Islam secara nyata untuk perubahan sebagaimana tercermin dalam teologi Al-Ma’un. Dari teologi Al-Ma’un lahir transformasi Islam untuk mengubah kehidupan yang bercorak membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Model pemahaman doktrin Islam dan penafsirannya yang implementatif itu menunjukkan daya hidup dan kemampuan Muhammadiyah dalam merumuskan ulang pesan-pesan dan nilai-nilai Islam yang responsif dengan problematika kemanusiaan, serta berdialog dengan realitas zaman secara cerdas dan mencerahkan.

Muhammadiyah memahami bahwa Islam memiliki pandangan tentang masyarakat yang dicita-citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam pesan Al- Quran (QS. Ali Imran ayat 110; Al Baqarah ayat 143), masyarakat Islam yang diidealisasikan merupakan perwujudan khaira ummah (umat terbaik) yang memiliki posisi dan peran ummatan wasatha (umat tengahan), dan syuhada ‘ala al-nas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia. Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang di dalamnya ajaran Islam berlaku dan menjiwai seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh ber-Tuhan dan beragama, berpersaudaraan, berakhlak dan beradab, berhukum syar’i, berkesejahteraan, bermusyawarah, berihsan, berkemajuan, berkepemimpinan, dan berketertiban. Dengan demikian masyarakat Islam menampilkan corak yang bersifat tengahan, yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban yang berkeseimbangan.

Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani (civil-society) yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah. Masyarakat Islam sebagai kekuatan madaniyah (masyarakat madani) menjunjungtinggi kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar bagi golongan dan kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Masyarakat Islam yang dicita- citakan Muhammadiyah merupakan masyarakat yang terbaik yang mampu melahirkan peradaban yang utama sebagai alternatif yang membawa pencerahan hidup umat manusia di tengah pergulatan zaman!



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

Mengenai MPKSDI Solo

Email: mpksdimuhammadiyahsolo@gmail.com

YouTube MPSDI

Cari Blog Ini