اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ .
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى
اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ
أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ
فَازَالْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ).
Jamaah,
shalat jum’at rahimanii wa rahimakumullah.
Alhamdulillah,
di hari Jum’at, bertepatan tanggal 30 Juni 2023, yang berbahagia ini, kita bisa
melangkahkan, kaki kita ke masjid RRI ini, dengan suasana hati yang Bahagia dan
gembira, sebagai Langkah untuk meningkatkan keimanan dan ketawaan. Oleh karena
itu, marilah kita tingkatkan syukur kita kepada Allah, yang telah, melimpahkan
banyak nikmat, nikmat sehat, nikmat sempat dan rahmat-Nya kepada kita, sehingga
kita takkan mampu menghitungnya. Sebagaimana
dalam al-Qur’an, surah an-Nahl : 18 :
وَإِنْ
تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.
Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang (an-Nahl : 18)
Salah
satu, perwujudan syukur itu, adalah, dengan menggunakan anugrah Allah SWT ini,
sebagai bekal untuk beramal shalih dan memperbanyak ibadah. Sehingga semakin
banyak kenikmatan yang kita terima hendaknya menjadikan kita semakin taat kepada
Allah. Cara syukur yang seperti ini, insyaAllah akan mengantarkan kita menjadi
pribadi yang bertaqwa.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi allah di antara kamu adalah yang paling
baik taqwanya”. (al-Hujurat : 13)
Jamaah
shalat jum’at rahimanii wa rahimakumullah.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi junjungan kita, Muhammad SAW.
Yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa
menjadi manusia yang selamat dunia akhirat, Bahagia dan sejahtera dunia akhirat.
Sebagaimana ditegaskan didalam surat
al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟
ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk
mengikuti dan menjalankan sunnah-sunnah beliau.
Jamaah
shalat jum’at rahimanii wa rahimakumullah.
Hari
Raya Idul Adha yang kemarin kita lanksanakan, menjadi momen yang ditunggu umat
Islam, kita akab belajar bagaimana membaca panggung jejak seraha perjuangan
keimanan dan kemanusiaan. Hari raya idul adha, mengingatkan kita semua atas kisah keluarga
Nabi Ibrahim AS, ibadah qurban, dan nilai-nilai kehidupan yang penuh dengan
kemuliaan. Hari kamis kemarin, kaum muslim telah melaksanakan Shalat Idul Adha
dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Idul Adha merupakan hari raya
kurban. Di mana kita diminta untuk mengurbankan sebagian harta kita untuk
menunjukkan ketaatan kepada Allah. Salah satu dalil dari perintah ibadah kurban
ini adalah peristiwa di mana Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk
menyembelih anaknya, Ismail AS. Nabi Ibrahim AS adalah satu di antara lima nabi
bergelar ulul azmi, di samping Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad
SAW. Kenapa gelar ulul azmi itu disematkan? karena mereka diuji dengan ujian
yang berat, namun tetap tegar, tabah, kuat, sabar, dan istiqamah untuk
menjalankan perintah Yang Maha Rahmah.
Kalau
bukan karena perintah Allah SWT maka tidak mungkin Ibrahim AS tega meninggalkan
anak dan istrinya di tempat seperti itu.
Pengorbanan
Ibrahim tersebut, beliau lakukan untuk menunjukkan dirinya adalah hamba yang
taat kepada Rabbnya. Tidak cukup sampai di situ, anak yang dinanti-nanti
sebagai penerus pembawa risalah kenabian, kemudian harus ia sembelih dengan
tangannya sendiri.
Tentu
berat sekali hal tersebut bagi Nabi Ibrahim AS dan secara logika, lebih berat
lagi bagi Nabi Ismail AS.
Jamaah
shalat jum’at rahimanii wa rahimakumullah.
Pernahkah
kita membayangkan menjadi posisi Ismail AS, bapak yang meninggalkan diri kita
bersama ibu di padang pasir, lalu jarang pulang, dan tiba-tiba datang bercerita
bahwa dirinya hendak menyembelih kita dikarenakan mendapat mimpi?
Apakah
jika kita menjadi Ismail ketika itu, kita akan termasuk orang yang rela
mengorbankan diri kita sebagaimana Nabi Ismail?
Belum
lagi, jika kita membaca jawaban Ismail AS yang diabadikan dalam al-Quran surah
ash-Shaaffaat ayat 102,
قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ
سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ismail
menjawab, wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Dalam
ayat tersebut, Ismail bahkan memanggil ayahnya dengan kalimat “yaa abati” bukan
hanya sekedar “ya abii”. Kata “ya abati” memiliki makna lain daripada sekedar “ya
abi”.
Kalimat
“ya abati” dalam Bahasa Arab menunjukkan makna ayah yang sering pergi, akan
tetapi sang anak selalu merindukannya. Panggilan ini menunjukkan kuatnya
perasaan seorang anak kepada ayahnya dimana jauh dan dekat tetap dirindukan.
Dalam
posisi akan disembelih, namun Ismail tetap menunjukkan ketegaran, rasa hormat
dan sayangnya kepada ayahnya. Itulah pengorbanan Ismail dan keluarga nabi
Ibrahim AS.
Jamaah
shalat jum’at rahimanii wa rahimakumullah.
Tak
hanya Nabi Ibrahim, nabi-nabi lain-pun juga diuji dengan hal yang berat.
Sebagaimana
hadis yang menyatakan,
ياَرَسُولُ اللهِ أَيُّهَا النَّاس أَشَدّـُ بَلَاء:
الأَنبِيَاء ثُمَّ الأَمثَالُ فَالأَمثَلُ
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya? Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, para nabi kemudian yang semisalnya dan
semisalnya lagi (maksudnya, yaitu orang-orang di bawah para nabi berdasarkan
tingkat kesalehannya).
Dari
hadist ini dapat dilihat, bahwa semakin saleh seseorang, maka Allah akan
semakin mengujinya untuk membuktikan derajat kesalehannya.
Sebagai
contoh Nabi Adam AS diuji dengan anaknya yang membunuh saudara kandungnya. Nabi
Nuh juga diuji dengan kekafiran anaknya. Nabi Luth, diuji dengan istrinya. Nabi
Muhammad diuji dengan pamannya yang hendak membunuhnya. Serta ujian-ujian
lainya yang dialami para nabi.
Dari
kalangan orang saleh, Asiyah, diuji dengan memiliki suami bernama Firaun. Siti
Maryam, diuji dengan memiliki anak tanpa suami. Sayidah Aisyah yang merupakan
istri baginda nabi Muhammad pun diuji dengan tidak memiliki keturunan.
Jamaah
shalat jum’at rahimanii wa rahimakumullah.
Pertanyaannya
kemudian, sudah sejauh manakah pengorbanan kita dan kesabaran kita ketika Allah
SWT menguji kita? Apakah kita termasuk orang yang bersabar, ataukah kita justru
termasuk golongan yang suka mengeluh dan bahkan justru menggugat Allah?
Mungkin
kita akan bertanya “Ya Allah, apa salah saya hingga engkau menguji saya seperti
ini?” Pertanyaan yang justru mengherankan, karena menunjukkan bahwa kita tidak
bisa menyadari betapa banyaknya dosa yang telah kita perbuat. Na’udzu billahi
min dzalik.
Pada
akhirnya, kita yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah SWT sebagaimana
mereka yang mengaku pintar, akan diuji kepintarannya, dan segala hal yang bersangkutan dengannya
juga termasuk ujian dari Allah.
Salah satunya adalah
ujian keimanan berupa iman terhadap takdir yang Allah berikan kepada kita baik
takdir yang baik, mapun takdir yang buruk.
Jamaah shalat jum’at
rahimanii wa rahimakumullah.
Akhirnya, marilah kita
berdoa untuk kebaikan di dunia dan di akhirat kelak bagi seluruh umat Islam
baik yang masih hidup di mana pun berada maupun yang sudah meninggal dunia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا
وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ،
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar