Ayo Mengenal Tokoh Muhammadiyah yang Dikenal Dunia Internasional

 


MPKSDISOLO - K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 Zulhijjah 1330 H, atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1912. Ahmad Dahlan bernama kecil Muhammad Darwisy lahir pada tahun 1868 di Kampung Kauman Yogyakarta dan meninggal dunia pada tanggal 25 Febuari 1923 dalam usia 55 tahun. Ayahnya K.H. Abubakar bin K.H. Muhammad Sulaiman adalah pejabat Kepengulon Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dengan gelar Penghulu Katib di Mejid Besar Kesultanan.

Sedang ibunya, Nyai Abubakar, adalah putri K.H. Ibrohim bin K.H. Hasan yang juga pejabat Kepengulongan Yogyakarta. Di masa kecil, Ahmad Dahlan memperoleh pendidikan agama Islam pertama kali dari ayahnya sendiri. Sambil belajar kepada ayahnya, ia menjalani pendidikan di pesantren yang mencerminkan identitas santri. Pada waktu itu masalah identitas menjadi hal yang sangat serius di kalangan bumi putera, Sehingga boleh dikatakan tidak ada anak-anak Kauman yang berani sekolah di sekolah Gubernemen, karena akan dicap sebagai kafir. Pandangan yang berkembang pada masa itu di lingkungan kaum santri kaum santri terhadap penjajah Belanda adalah kafir dan barang siapa yang mengikutinya berari ia termasuk di dalamnya. Dalam kondisi sosial seperti itu, Ahmad Dahlan kecil dibesarkan. Ia belajar agama pada ayahnya, dan beberapa orang kiyai, misalnya mengaji fiqih kepada K.H. Muhammad Saleh, belajar nahwu pada K.H. Muhsin, belajar ilmu falaq pada Kyai Raden Haji Dahlan, belajar hadis pada Kyai Mahfudh dan Syaikh Khayyat, belajar qiraah pada Syeikh Amin dan Bakti Satock. Di samping itu, ia juga berguru pada K.H. Abdul Hamid dari Lempuyangan, K.H. Muhammad Nur dan Syeikh M. Jamil Djambek dari Bukit Tinggi.

Ketika Ahmad Dahlan berusia 15 tahun, ia berangkat ke Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Keberangkatannya dibiayai oleh kakak iparnya, K.H. Saleh seorang kyai dan saudagar kaya. Ahmad Dahlan rupanya berniat untuk belajar Islam secara lebih mendalam di tanah suci. Niatnya untuk belajar segera terlaksana sesudah selesai melaksanakan ibadah haji, dan menetap di kota Mekkah.

Setelah lima tahun mukim dan menjadi murid para syeikh dan ulama terkemuka di Mekkah, ia pun pulang ke Kampung halamannya, Kauman Yogyakarta. Sepulang dari tanah suci ia menikah dengan Siti Walidah binti K.H. Fadhil yang masih saudara garis ibunya. Dari pernikahan itu mereka dikarunia tiga orang putra dan tiga orang putri.

Selama lima tahun di Mekkah, Ahmad Dahlan banyak memperoleh pengalaman hidup yang berharga, terutama yang berhubungan dengan pemahamannya terhadap perkembangan pemikiran dunia Islam dan informasi mengenai maju mundurnya masyarakat Islam di berbagai belahan dunia. Sebagai seorang yang cerdas walaupun umurnya relatif masih muda, ia pun merintis jalan pembaharuan di kalangan umat Islam. Misalnya membetulkan arah kiblat yang sesuai dengan dengan perhitungan ilmu falak yang dikuasainya. Ketekunannya terhadap ilmu agama dan keprihatinannya terhadap umat islam yang ia jumpai di Jawa telah memperkuat semangat belajarnya untuk lebih mendalami ilmunya dan mewujudkan cita-citanya untuk melakukan pembaharuan dalam kehidupan masyarakat terutama di bidang keagamaan.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

Mengenai MPKSDI Solo

Email: mpksdimuhammadiyahsolo@gmail.com

YouTube MPSDI

Cari Blog Ini